Judul Buku : TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK
Pengarang : Hamka
Penerbit : Bulan Bintang
Diterbitkan : tahun 2012
Jumlah halaman : 225 halaman
Cerita dimulai dari seorang pemuda bernama Zainudin, ayahnya seorang
minangkabau yang diasingkan karena membunuh ibunya yang selalu
menggerogoti hartanya. Dia diasingkan di Cilacap lalu dipindahkan ke
Makassar.
Ayahnya menikah dengan seorang wanita dari keluarga terpandang di
Makassar, Ibunya meninggal beberapa hari setelah melahirkan Zainuddin.
Saat dia beranjak remaja, sang ayah pergi menyusul ibunya. Jadilah
Zainuddin seorang yatim piatu.
Dia diasuh oleh pembantunya dengan warisan yang lumayan dari ayahnya,
Zainudin pergi merantau ke negeri bapaknya, Minangkabau, sesuai
keinginan ibunya dulu dengan berat hati pembantunya melepaskan Zainudin
untuk pergi ke Padang Panjang menemui keluarga ayahnya.
Tapi karena ibunya bukan orang sana, dia tidak dianggap sebagai
keluarga. Dia tinggal di rumah bibinya dibolehkanlah tinggal disana juga
karena dia memberi uang belanja.
Suatu hari Zainuddin melihat seorang gadis yang cantik, lemah lembut
bernama Hayati. Zainuddin jatuh hati sama Hayati. Hayati membalas cinta
Zainuddin. Walau mereka hanya surat menyurat, tapi cukup untuk saling
berbagi rasa. Banyak orang yang mengetahui kisah cinta mereka dan banyak
gadis-gadis yang iri kepada Hayati.
Saat Zainuddin harus pergi ke Padang Panjang karena merasa keberadaannya
makin tak diterima, Hayati melepasnya dengan sebuah janji untuk setia.
Di sebuah kesempatan untuk berkunjung ke Padang Panjang guna menemui
Khadijah, sahabatnya, Hayati janjian bertemu dengan Zainuddin. Di kota
sana, mereka mau melihat pacuan kuda. Ketika waktunya sudah tiba. Hayati
yang biasanya berbaju tertutup, oleh Khadijah didandani model ala kota
yang serba terbuka.
Alhasil ,Aziz, kakaknya Hayati malah jatuh hati. Zainuddin dan Hayati
bertemu, tapi Zainuddin benar-benar kaget melihat perubahan besar pada
Hayati. Ditambah lagi ejekan Khadijah tentang penampilan Zainuddin yang
sudah kuno itu. Rasa cinta yang mereka bangun selama ini sedikit
memudar. Kesempatan ini betul-betul dimanfaatkan Aziz untuk mendekati
Hayati. Aziz datang ke kampung Hayati untuk melamar. Padahal, beberapa
hari sebelumnya, datanglah surat Zainuddin yang isinya juga hendak
melamar Hayati. Dengan menimbang bibit, bebet dan bobot, hasil
musyawarah ninik mamak sanak sodara kaum kerabat, lamaran Aziz-lah yang
diterima
Hayati menerima saja karena jika dia tidak menerima, dia tidak dianggap
sebagai keluarga. Zainuddin yang mendengar kabar itu langsung down,
seperti ingin lenyap dari bumi. Dia sakit parah. Dia mengigo terus
menyebut nama Hayati.
Ibu kostnya Zainuddin memanggil dokter. Kata dokter, dia harus
dipertemukan sama pujaan hatinya itu yang bernama Hayati. Setelah
dikirimi surat, Hayati dan Aziz datang menemui Zainuddin. Ajaib,
Zainuddin sembuh Zainuddin benar-benar sedih saat diasadarkan kalau
dijari Hayati melingkar sebuah cincin kawin. Bang Muluk, anak ibu kost
yang baik hati bisa jadi teman yang baik buat Zainuddin.
Dia memberi nasihat agar Zainuddin melupakan Hayati dan mulai berkarya.
Mereka pun memutuskan buat merantau ke Surabaya. Disana Zainudin menjadi
penulis. Roman-romannya yang mengharuhkan dan romantis sangat larisdi
pasaran, namanya terkenal keseantero Nusantara.
Aziz memutuskan untuk pindah ke Surabaya bersama Hayati. Hubungan mereka
tidak harmonis. Mereka mendatangi suatu acara perkumpulan orang-orang
Sumatra di Surabaya. Zainudin diundang untuk menghadiri acara itu. Tanpa
sengaja mereka bertemu disana. Zainudin bersikap biasa kepada Hayati
seolah-olah tak pernah cinta mati sama Hayati. Sifat Aziz yang suka judi
dan mabuk-mabukan diketahui oleh Hayati, Hayati semakin menderita saat
Aziz bangkrutdan tak punya apa-apa. Aziz memutuskan untuk mencari kerja
ke Banyuwangi. Sementara itu Hayati dititipkan ke Zainudin. Zainudin
masih bersikap seperti tak pernah mencintai Hayati. Karena frustasi dan
depresi, Aziz bunuh diri. Dia meninggalkan pesan agar Hayati menikah
dengan Zainudin. Hayati ingin mengetahui bagaimana perasaan Zainudin
kepada dia. Tanpa sengaja Hayati menemukan lukisan dirinya di ruang
kerja Zainudin. Di lukisan itu tertulis “ permataku yang hilang”. Muluk
menceritakan bahwas ebenarnya Zainudin masih mencintai Hayati dan semua
roman karyanya sebenarnya menceritakan tentang Hayati.
Hayati ingin mendengarnya langsung dari Zainudin. Zainudin menyanggah
cerita muluk tadi dan mengaku kalau sudah tak punya perasaan apa-apa
kepada Hayati.
Hayati diberi uang dan disuruh pulang ke Sumatra. Zainudin tidak bisa
mengantarnya karena ada urusan di Malang. Hayati pergi ke pelabuhan
untuk pulang sambil membawa foto Zainudin.
Di kapal Hayati gelisah dan terus menerus melihat foto Zainudin. Pada
malam hari saat Hayati sedang tidur, Kapal Van Der Wijk yang dinaikinya
tenggelam di dekat Lamongan.
Besoknya Zainudin mendengar berita tersebut dan segera menuju Lamongan.
Saat itu Hayati sedang kritis. Zainudin mengungkapkan perasaan
sebenarnya kepada Hayati.
Hayati tersenyum dan mengatakan bahwa ia juga masih mencintai Zainudin.
Setelah mengatakan itu, Hayati menutup mata untuk selamanya. Zainudin
makin sedih dan depresi. Ia merasa bahwa Hayati meninggal adalah
kesalahannya.
Dia selalu berkunjung kemakam Hayati. Zainudin sering sakit-sakitan dan
kurang produktif lagi dalam menulis roman. Tetapi sebenarnya diasedang
menyelesaikan karya besar.
Enam bulan kemudian Zainudin meninggal. Karyanya sudah selesai dan dibukukan, Zainudin dimakamkan disebelah makam Hayati.
Pengarangnya mencoba memperlihatkan kesetiaan seseorang pada orang
lainditengah perbedaan kekayaan dan adatyang keras walaupun kisahnya
berakhir dengan kematian.
Kelebihan :
Latar Roman tersebut berlatar di daerah Makassar, Minangkabau,
PadangPanjang, Jakarta, Lamongan, danSurabaya. Latar suasananya sedih
dan mengharukan. Penggambaran latar dilakukan dengan baik .
Gaya bahasa Roman “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” ini sangat memberi
warna dengan adanya syair yang melukiskan keindahan, kelincahan, dan
kekayaan bahasa pengarang dalam penuangkan idenya, ataupun adanya
berbalas surat yang dapat menggugah hati para pembaca.
Tema dari roman tersebut adalah cinta yang tak berkesampaian. Penggambaran ide cerita dikemas menarik dan tidak monoton.
Dalam roman Tenggelamnya Kapal VanDer Wijck ini, ada beberapa amanat diantaranya :
1) Kesetian, kejujuran dan kebenaranakan senantiasa mendapat cobaan.
2) Jangan pernah menyerah dan putus asa untuk menggapai ingin mu.
3) Segala rintangan yang ada, harusdijadikan cambuk untuk terus maju.
4) Tak ada kemenangan tanpa adanya perjuangan.
5) Hidup adalah sebuah perjuangandan pengorbanan.
6) Jangan menuduh orang yang belum tentu bersalah tanpa adanya bukti.
7) Setiap cobaan yang datang untuk menguji iman seseorang.
8) Cinta tidak harus memiliki, dankita harus rela dan ikhlas ketika seseorang yang telah kita sayangi telah pergi.
9) Kecintaan seseorang dapatmembuat orang melakukan apa sajauntuk
orang yang dicintainya, bahkanhal yang membuat gila sekalipun.
10) Sejahat-jahatnya orang padaakhirnya ia sadar apa yang ia
lakukanitu selama ini salah, dan bertaubatlahdalam perbuatan yang sangat
kejam itumenjadi berbuat baik.
Amanat yang terdapat dalam roman ini diungkapkan secara halus dan
menarik sehingga pembaca dengan mudah dapat menangkap isi amanat dari
roman tersebut
Alur cerita dalam roman ini memiliki satu alur yaitu alur maju. Alur
maju ini dapa tmembuat pembaca mengikuti perkembangan yang terjadi.
Sudut pandang pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah sudut
pandang orang ketiga. Karena dalam roman ini Haji Abdul Malik bin Abdul
Karim Amrullah menggunakan nama orang. Hal tersebut membuat pembaca
dapat mengetahui secara detail kejadian dalam cerita.
Kekurangan :
Penulis tidak menjelaskan watak tokoh dengan baik sehingga pembaca diharuskan menerka-nerka karakter tokoh.
Keterbacaan atau kecocokan dengan pembaca ada kaum remaja dan dewasa,
karena dalam buku ini diharuskan ada pengertian dalam cinta, serta buku
ini sangat cocok untuk seseorang yang sedang mengalami jatuh cinta,
karena dengan buku ini dapat menginspirasi sang pembaca.
Meski kisah cinta serupa rasanya sering kita jumpai, Hamka agaknya mampu
mengemas kisah ini menjadi terasa berbeda. Dengan diksi yang terasa
mengalir dan setting dalam negeri yang beragam, yaitu Makasar, Minang
kabau, Padang Panjang, Jakarta, Lamongan, dan Surabaya.
Dapat menambah kesan tersendiri untuk novel bersampul peta Indonesia ini.